Setelah sehari sebelumnya dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Terbuka (UT), Prof. Ojat Darojat M.Bus. Ph.D, yang juga menjabat sebagai Presiden AAOU, Konferensi perguruan tinggi jarak jauh se-Asia (AAOU) ke-36 di Istanbul, Turkiye berlanjut ke hari kedua. Di tahun 2023, Universitas Terbuka memberangkatkan 40 delegasi yang terdiri dari para dosen UT yang lolos menjadi penyaji (presenter) yang telah diseleksi secara ketat dan transparan sebanyak 30 orang, sekretariat AAOU, dan delegasi yang ditugaskan dalam misi studi banding.

Di hari kedua, Konferensi Tahunan AAOU menampilkan tiga pembicara kunci. Pembicara kunci pertama adalah Torunn Gjelsvik yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal International Council for Open and Distance Education (ICDE) dengan topik “The DNA of Open Universities – and why it is critically needed in the age of digitalized Higher Education”. Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa peran pendidikan tinggi terbuka akan semakin berperan penting di era digitalisasi pendidikan tinggi. Banyak universitas konvensional di dunia yang belajar praktik baik kepada perguruan tinggi terbuka dalam menjalankan modus pembelajaran daring. Pasca pandemi Covid-19, perilaku masyarakat global juga turut mempengaruhi peran sentral pendidikan terbuka yang telah membuktikan ketangguhannya dalam menjalankan proses pembelajaran di tengah situasi sulit dan serba terbatas.

Pembicara kunci kedua adalah Prof. Josep M. Duart dari EDEN Digital Learning Europe yang menyampaikan topik “The Open University Futures: A European Approach”. Beliau menggambarkan perguruan tinggi terbuka di masa yang akan datang dengan menggunakan pendekatan yang diimplementasikan di kawasan Eropa. Berbagai inovasi teknologi dan informasi yang pesat akan sangat mempengaruhi perkembangan perguruan tinggi terbuka ke depan baik dari sisi pengelolaan pembelajaran, administrasi, dan manajemen organisasi. Kecepatan adaptasi terhadap berbagai perubahan dan perkembangan tersebut saat ini dan ke depan akan menentukan kesuksesan sebuah perguruan tinggi terbuka.

Pembicara kunci ketiga di hari kedua adalah Prof. Maha Bali dari Center for Learning and Teaching, The American University di Kairo dengan topik “A Critical Approach to Artificial Intelligence”. Dalam sesi ini, beliau menyampaikan tentang pentingnya peran manusia termasuk para pengajar dan mahasiswa dalam menyikapi keberadaan dan kemajuan teknologi artificial intelligence (AI). Dalam sesi diskusi dengan para pembahas, sikap yang perlu dikedepankan dalam menghadapi kemajuan AI di dunia pendidikan tinggi jarak jauh adalah dengan menempatkan AI sebagai alat biasa yang membantu mempercepat proses tanpa harus mengesampingkan tujuan dan capaian pembelajaran. Tentu saja hal ini harus disertai oleh kode etik penggunaan di dalamnya.
Selain itu, terdapat sesi panel yang menhadirkan tiga pembicara yang membahas topik “The Digital Era – Women Leaders’ Role in Moving Open Universities Forward” yaitu Prof. Melinda Bandalaria (Rektor University of the Philippines Open University), Prof. Asha Kanwar, (Presiden dan CEO Commonwealth of Learning), dan Prof. Tian Belawati, Ph.D. (Ketua Dewan Guru Besar UT). Sesi ini dimoderatori oleh Prof. Lily Chan (Chief Executive & Vice-Chancellor Wawasan Open University – Malaysia). Ketiga pembicara membahas factor-faktoryang mempengaruhi kesuksesan para pemimpin wanita seperti dukungan keluarga, kerja sama yang baik dengan staf, dan lingkungan kerja yang mendukung. Di sisi lain, ada beberapa tantangan yang dihadapi para pemimpin wanita dalam menjalankan peran kepemimpinannya, seperti persoalan manajemen waktu antara pekerjaan dan keluarga dan faktor stamina.



Pada kesempatan yang sama, para dosen UT yang menjadi penyaji pada kegiatan akbar ini sangat antusias dalam menyajikan hasil penelitian di hadapan para delegasi dan penyaji lain yang berasal lebih dari 15 negara di Asia, Eropa, dan Australia. Para delegasi UT pun dapat belajar banyak dari hasil-hasil penelitian para penyaji lain dan pembicara kunci terkait perkembangan keilmuan dan dunia pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh di tingkat internasional yang terus berkembang pesat. Kesempatan positif lainnya yang diperoleh oleh para delegasi UT dari Konferensi tahunan AAOU ke-36 adalah pengembangan jejaring internasional yang dapat bermuara pada kolaborasi riset dan publikasi internasional lintas institusi dan lintas negara yang tentu saja akan menguntungkan banyak pihak termasuk menunjang target internasionalisasi UT.
Pada hari kedua juga dilaksanakan sesi paralel para penyaji yang akan dinilai oleh juri untuk mendapat penghargaan dalam bentuk medali, sertifikat, dan uang dari AAOU pada kategori Best Paper sebanyak 6 finalis, Best Practice sebanyak 6 finalis, dan Young Innovator sebanyak 3 finalis. 2 tim penyaji dari UT masuk di antara 6 finalis Best Paper dan 1 tim penyaji masuk di antara 6 finalis Best Practice.