The 19th Cyber Education Forum: Software Development for Measuring Digital Skill

Indonesia Cyber Education (ICE) Institute menggelar The 19th Cyber Education Forum (CEF) dengan mengangkat tema, “Software Development for Measuring Digital Skill.” Forum ini digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting dan video streaming Youtube UT-TV, Selasa (31/1/2022). Hadir dalam acara ini yaitu Kepala ICE Institute, Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls., dengan dua pembicara yaitu dosen The Asia Pacific University of Technology and Innovation (APU) Malaysia yang  juga ditunjuk sebagai UNESCO Chair on Harnessing Innovations in Technology to Support Teachers & Quality Learning, Prof. Dr. Abtar Darshan Sigh, dan Konsultan Penelitian dan Pengembagan ICE Institute, Heru Widiatmo, Ph.D. Sebagai moderator yaitu Dosen Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka, Ami Hibatul Jameel, S.Pd., M.A.

Dalam sambutannya Prof. Dr. Paulina Pannen menyampaikan pentingnya digital skill dalam pengelolaan online courses. Digital skill bukan hanya persyaratan untuk mengukuti online course, namun juga keterampilan yang dibutuhkan di masa yang akan datang ketika semua hal sudah serba online. Beliau menilai mahasiswa di ICE-Institute perlu diberikan digital skill untuk mengambil online course sehingga dapat menambah keterampilannya sebelum lulus. Tidak hanya untuk mahasiswa, masyarakat umum juga sebaiknya memiliki keterampilan tersebut sehingga memiliki nilai tambah ketika memasuki dunia kerja.

Presentasi pertama dibawakan oleh Prof. Dr. Abtar dengan judul, Transforming Learners’ and Educators’ Experiences: Maximizing Digital Support Systems, bersama Programme Manager Digital Learning Hub yang juga dosen the APU dan UNESCO Chair on SDGiC, Ts. Jonathan Kovilpillai. Dari presentasi yang dibawakan keduanya, APU membekali pengajar dengan keahlian dasar dan tambahan yang disebut dengan program Faster Master. Program tersebut berisi keterampilan Moodle Workshop, HSP, Canva, Microsoft PPT dan EasyGenerator.

Bapak Heru Widiatmo membawakan presentasi mengenai, Instrument Development for Measuring Digital Skill. Beliau menjelaskan bahwa UNESCO merumuskan dua gagasan yang dapat digunakan untuk mengukur digital skill seseorang yaitu, mengumpulkan dan mengelola informasi, dan membuat dan bertukar informasi. Beliau menambahkan pendekatan yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu, (1) Penilaian Diri, (2) Penilaian Berbasis Pengetahuan, dan (3) Penilaian Kinerja.

 

Setelah presentasi dari dua pembicara selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sebelum acara berakhir, Prof. Dr. Paulina Pannen memberikan sertifikat kepada para pembicara pada The 19th CEF.